Anggota DPR para dewanya rakyat.
Anggota kabinet para dewanya rakyat.
Bapak, ibu, suami, istri para dewanya
anak-anaknya.
Guru para dewanya murid-muridnya.
Ayam para dewanya semut.
Kamu para dewanya pakaianmu.
..... dan seterusnya.
Dewa dimensinya lebih tinggi. Sulit untuk
memahami para dewa dan mengerti komunikasi mereka.
Guru para dewanya murid-muridnya, oleh
karena itu murid-murid akan mengalami kesulitan dan murid-murid tidak tahu akan
kesalahan gurunya.
Kita juga tidak mampu memahami
komunikasi-komunikasi para koruptor. Koruptor itu juga dewa sehingga sangat
sulit untuk menangkap koruptor. Jadi yang mampu menangkap koruptor adalah para koruptor.
Dewa adalah yang ada dan yang mungkin
ada. Dewa itu adalah subjek dari semua objek-objeknya. Bahasa para dewa berbeda
dengan bahasa orang biasa. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu
mengetahui pikiran para dewa. Maka dari itu filsafat dipelajari untuk mampu
mengetahui pikiran para dewa. Dengan membaca, memahami dan merefleksikan itu
adalah belajar filsafat. Dengan bertanya membuat kita ada dan menjadi logos
untuk dapat mengerti komunikasi para dewa.
Pertanyaan:
Apakah bahasa para dewa bisa disebut
juga pikiran para dewa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar