FILSAFAT ILMU KIMIA
A. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
B. Filsafat Ilmu Pengetahuan
Filsafat ilmu, secara umum bisa dipahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan objek khusus, yaitu ilmu pengetahuan, dan sudah tentu memiliki sifat dan karakteristik yang hampir sama dengan filsafat pada umumnya. Sementara sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia tak lain adalah kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri. Secara umum, filsafat ilmu pengetahuan adalah sebuah upaya untuk memahami makna, metode, strukur logis dari ilmu pengetahuan, termasuk juga di dalmnya kriteria-kriteria ilmu pengetahuan, hukum-hukum, dan teori-teori di dalam ilmu pengetahuan.
Inti sari dari filsafat ilmu adalah kebenaran, fakta, logika, dan konfirmasi. Sedangkan ciri-ciri dan cara kerja filsafat ilmu, antara lain:
a. Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi, dan metode ilmiah.
b. Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya.
c. Mengkaji persamaan ilmu yang satu dengan yang lainnya, tanpa mengabaikan persamaan kedudukan masing-masing ilmu.
d. Mengkaji cara perbedaan suatu ilmu dengan ilmu yang lainnya.
e. Mengkaji analisis konseptual dan bahasa yang digunakannya
f. Menyelidiki berbagai dampak pengetahuan ilmiah terhadap: cara pandang manusia, hakikat manusia, nilai-nilai yang dianut manusia, sumber-sumber pengetahuan dan hakikatnya, logika dengan matematikanya, logika dengan matematika dengan realitas yang ada.
Bidang kajian filsafat ilmu itu ada 3, yakni:
a. Ontologi
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia?
b. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan epistemologi mempertanyakan bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara atau teknik atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
c. Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik, prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau profesional?
Melihat uraian di atas, filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Dengan demikian, filsafat ilmu sangatlah penting peranannya bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Tentu juga, filsafat ilmu sangat bermanfaat bagi manusia untuk menjalani berbagai aspek kehidupan.
C. Ilmu Kimia
Chemistry is the study of the composition, structure, properties, and interctions of matter. Menurut pengertian tersebut, berarti ilmu kimia mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan serta energi yang menyertai perubahan suatu materi. Misalkan kita membahas “air”, maka secara sederhana yang dipelajari oleh ilmu kimia tentang air adalah mengenai:
1. Bagaimana atom-atom hidrogen dan oksigen tersusun dalam sebuah molekul air dengan membentuk struktur molekul.
2. Bagaimana sifat-sifat air dihubungkan dengan susunan dan struktur tadi.
3. Perubahan apa yang terjadi pada air.
4. Seberapa besar energi yang dihasilkan atau diserap pada perubahan tersebut.
Sudah dijelaskan bahwa kimia adalah ilmu tentang materi dan perubahannya. Materi itu sendiri adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Pada prinsipnya, semua materi dapat berada dalam tiga wujud: padat, cair, dan gas. Padatan adalah benda yang rigid dengan bentuk yang pasti. Cairan tidak serigid padatan dan bersifat fluida, yaitu dapat mengalir dan mengambil bentuk sesuai wadahnya. Seperti cairan, gas bersifat fluida, tetapi tidak seperti cairan, gas dapat mengembang tanpa batas. Ketiga wujud materi ini dapat berubah dari wujud yang satu ke wujud yang lain. Dengan pemanasan, suatu padatan akan meleleh menjadi cairan. Pemanasan lebih lanjut akan megubah cairan menjadi gas. Di sisi lain, pendinginan gas akan mengembunkannya menjadi cairan. Pendinginan lebih lanjut akan membuatnya menjadi padat.
Bagian yang terpenting dari ilmu kimia adalah mempelajari reaksi kimia, perubahan yang terjadi bila senyawa kimia berinteraksi membentuk suatu senyawa baru yang berbeda. Reaksi kimia merupakan suatu hal yang menakjubkan untuk diteliti dan merupakan bagian yang menyenangkan dari ilmu kimia untuk memperhatikan terjadinya reaksi kimia.
Hakekat ilmu kimia adalah bahwa benda itu bisa mengalami perubahan bentuk, maupun susunan partikelnya menjadi bentuk yang lain sehingga terjadi deformasi, perubahan letak susunan, ini mempengaruhi sifat-sifat yang berbeda dengan wujud yang semula.
D. Filsafat Dalam Pengembangan Ilmu Kimia
Setiap jenis pengetahuan selalu mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu. Secara detail, tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi. Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir sistematik, justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan.
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa hakekat ilmu kimia adalah bahwa benda itu bisa mengalami perubahan bentuk maupun susunan partikel. Setelah kita mengetahui bahwa wujud itu bisa berubah dari bentuk satu ke wujud yang lain, kita harus mengetahui bahwa perubahan itu akan membawa manfaat atau justru mudharat. Wilayah ontologi dan epistemologi sudah terpenuhi, tetapi belum tentu pada wilayah aksiologi. Untuk itu wilayah aksiologi menjadi penting untuk dikaji bagi ilmuan kimia.
Aksiologi ilmu meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kasasan simbolik, ataupun fisik materiil. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi sebagai suatu Condition Quanon yang wajib dipatuhi dalam kegiatan penelitian maupun dalam penerapan ilmu.
Setiap manusia harus menemukan ilmu dengan memandang wilayah aksiologi, maka ilmu tersebut akan memiliki nilai yang tinggi. Contoh terapan ilmu kimia yang memandang wilayah aksiologi yaitu mengenai peluruhan atom yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk tujuan tertentu. Peluruhan atom telah diketahui oleh ilmuwan, bahwa dalam proses peluruhan atau fisi sebuah unsur akan disertai pelepasan energi beberapa elektron yang tentunya dapat dimanfaatkan, misalkan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Jadi wilayah aksiologi ini berhubungan dengan hati nurani manusia dan agama yang berbicara. Akan tetapi, jika mengacu pada proses timbulnya ilmu kimia bahwa bermacam-macam wujud yang ada ini pada dasarnya berasal dari wujud tunggal, dalam Islam adalah bahwa segala yang ada itu berasal dari wujud Allah, sudah selayaknya jika kehadiran ilmu kimia ini ditarik lagi ke wujud tunggal tersebut yaitu digunakan untuk menyenangkan sesama makhluk Tuhan.
Filsafat sebagai fasilitator ilmu kimia hanyalah sebatas untuk mengorek isi yang terkandung dalam wilayah kimia serta mencari gejala-gejala ilmiah yang ada di alam semesta ini yang akhirnya dimasukkan ke wilayah ilmu kimia. Tanpa filsafat yang mengorek mengenai sesuatu yang tersembunyi di tubuh alam semesta ini maka perkembangan ilmu, khususnya kimia, hanya akan mengalami stagnansi, kemandekan. Jika ini terjadi berarti lonceng kematian bagi peradaban manusia telah dimulai dan manusia akan kembali pada zaman batu. Buku kemajuan manusia modern telah ditutup. Maka, berfilsafat merupakan syarat dasar bagi kemajuan sebuah ilmu pengetahuan dalam hal ini khususnya ilmu kimia dan agama menjadi penuntun ke mana ilmu pengetahuan akan dibawa.
REFERENSI
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Nugroho, Arya. http://jawigo.blogspot.com/2011/07/relevansi-filsafat-dalam-pengembangan.html
Pertanyaan:
Ilmu kimia sering kali disalah gunakan oleh sekelompok orang, seperti bom nuklir, formalin dalam makanan, dan masih banyak lagi. Bagaimana filsafat memandang kejadian ini?
Pertanyaan:
Ilmu kimia sering kali disalah gunakan oleh sekelompok orang, seperti bom nuklir, formalin dalam makanan, dan masih banyak lagi. Bagaimana filsafat memandang kejadian ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar