Senin, 17 Desember 2012

Pengetahuan dari biji sampai menjadi tumbuhan


Dari sebuah perjalanan Bapak Marsigit mengenal sebuah SMP di Blitar saya dapat memahami bagaimana proses mendapatkan pengetahuan baru dari nol sampai memahami pengetahuan yang dapat digambarkan dengan pertumbuhan tanaman dari biji sampai menjadi sebuah pohon.
Pengetahuan tentang pengetahuan yang baru adalah nol yang digambarkan biji (calon tanaman). Kemudian kita memperoleh informasi walaupun hanya wacana-wacana maka pengetahuan kita tentang pengetahuan baru itu bertambah sedikit yang digambarkan biji yang terbelah dua. Dengan inisiatif atau motivasi untuk melakukan penelitian digabarkan biji yang mulai tumbuh tunasnya. Sebelum kita melakukan penelitian kita mencari informasi yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan seperti data-data yang berhubungan dengan penelitian digambarkan dengan tanaman yang sudah mulai tumbuh subur. Setelah mendapatkan semua informasi dan hal-hal lainnya yang cukup maka kita melakukan penelitian atau pengamatan sehingga kita memperoleh pengetahuan yang baru itu secara menyeluruh dengan membuat hasil pengamatan dan kesimpulan digambarkan dengan pohon yang mulai berbuah. Tanpa inisiatif dan hanya mengikuti alur yang ada maka tunas itu tidak akan tumbuh subur.

Senin, 26 November 2012

Sains


Dari perkuliahan filsafat ilmu saya dapat merefleksikannya dari pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan Dosen kami, antara lain:
1.      Apa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran Kimia SMA
2.      Hubungan Sains dan Teknologi
3.      Kriteria keberhasilan pembelajaran sains
Tanggapan:
1.  Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran Kimia SMA sesuai dengan Badan Standar Pendidikan Nasional antara lain:
1.      Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis
4.      Memahami hukum dasar dan penerapannya, cara perhitungan dan pengukuran, fenomena reaksi kimia yang terkait dengan kinetika, kesetimbangan, kekekalan masa dan kekekalan energi
5.      Memahami sifat berbagai larutan asam-basa, larutan koloid, larutan elektrolitnon elektrolit, termasuk cara pengukuran dan kegunaannya
6.      Memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia serta penerapannya dalam fenomena pembentukan energi listrik, korosi logam, dan pemisahan bahan (elektrolisis)
7.      Memahami struktur molekul dan reaksi senyawa organik yang meliputi benzena dan turunannya, lemak, karbohidrat, protein, dan polimer serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari

2.  Hubungan sains dan teknologi
Sains dan Teknologi adalah institusi manusiawi; artinya Sains dan Teknologi adalahkarya yang dilahirkan manusia. Maka tanpa adanya manusia kedua karya tersebut juga tidak akan ada. Namun ada beda fundamental antara kedua institusi tersebut. Perbedaannya terletak  pada sumbernya.
Sains itu sendiri secara umum didefinisikan sebagai pengetahuan (knowledge)  yang didapatkan dengan cara sistematis tentang struktur dan perilaku dari segala fenomena yangada di jagad raya dan isinya, baik fenomena alam maupun sosial. Sementara itu, teknologimerupakan aplikasi dari sains sebagai respons atas tuntutan manusia akan kehidupan yanglebih baik.
Perkembangan sains dan tekonologi yang semakin canggih dan pesa dewasa ini,sejatinya harus berbanding lurus dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sebab sains lahir dari kaum ilmuwan yang akhirnya berpengaruh pada kemajuan teknologi. Kendati dalam perkembangannya, adakalanya teknologi memicu adanya perkembangan sains. Kedua-duanyamempunyai hubungan ikat yang sangat erat dan saling menguntungkan.

3.  Kriteria keberhasilan pembelajaran sains
Secara umum kriteria keberhasilan pembelajaran adalah: (1) keberhasilan peserta didik menyelesaikan serangkaian tes, baik tes forma-tif, tes sumatif, maupun tes ketrampilan yang mencapai tingkat keberhasilan rata-rata 60%; (2) setiap keberhasilan tersebut dihubungkan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan oleh kurikulum, tingkat ketercapaian kompetensi ini ideal 75%; dan (3) ketercapaian keterampilan vokasional atau praktik bergantung pada tingkat resiko dan tingkat kesulitan. Ditetapkan idealnya sebesar 75 %.


 

 Gambar 1. Manajemen Kegiatan Pembelajaran Tuntas




Selasa, 13 November 2012

Filsafat, pendidikan, sains, hermeneutika, fondalisme dan intuisi


1.          Pertanyaan      : arti filsafat menurut anda?
Jawab              : filsafat adalah olah pikir, berfilsafat berarti mengajak kita untuk berfikir hal yang ada dan yang mungkin ada untuk menemukan jawaban tentang fakta yang di indra ataupun hal yang terpikirkan.
Tanggapan      : Setuju, saya menambahkan yang ada dan yang mungkin ada berdimensi ruang dan waktu, karena jika tidak berdimensi ruang dan waktu sulit untuk diolah pikirkan.

2.          Pertanyaan      : apa keuntungan mempelajari filsafat?
Jawab              : menjadikan kita semakin kritis melihat fenomena yang ada dan menjadikan kita terampil sekaligus peka terhadap keadaan lingkungan.
Tanggapan      : Setuju, saya menambahkan mempelajari filsafat dapat juga mempelajari pemikiran para filsuf dalam menemukan atau mengembangkan suatu ilmu atau fenomena.

3.          Pertanyaan      : jelaskan epistemologi pendidikan?
Jawab              : epistemologi secara bahasa berarti sumber pengetahuan, berarti epistemologi pendidikan merupakan bagaimana cara memperoleh pengetahuan, apa saja ruang lingkup pengetahuan itu dan sampai sejauh mana kita dapat memperoleh pengetahuan tersebut. Ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Tanggapan      : Setuju, saya menambahkan epistemologi pendidikan juga perlu dalam mengembangkan kurikulum

4.          Pertanyaan      : jelaskan antopologi pendidikan?
Jawab              : objek kajian dari pendidikan adalah seluruh hal yang ada dan yang mungkin ada yang berkaitan dengan usaha untuk memperoleh pengetahuan.
Tanggapan      : Setuju, saya menambahkan menurut Madepidarta,ontologi filsafat pendidikan mempertanyakan hal-hal berikut:
1.      Apakah pendidikan itu?
2.      Apa yang hendak dicapai?
3.      Bagaimana cara terbaik merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan ?
4.      Bagaimana sifat pendidikan itu?
5.      Bagaimana perbedaan pendidikan teori dengan praktik?
6.      Bagaimana hakikat kurikulum yang disajikan ?
7.      Siapa dan bagaimana para peserta didiknya?
8.      Bagaimana system pengembangan bakat anakl didik?

5.          Pertanyaan      : jelaskan aksiologi pendidikan?
Jawab              : hasil dari proses pendidikan akan menghasilakn suatu produk yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Disini berarti kebermanfaatan pengetahuan yang telah diperoleh dalam proses pendididkan dan implikasinya dalam kehidupan harus berkorelasi agar pengetahuan tersebt menjadi bermakna.
Tanggapan      : Setuju, saya menambahkan aksiologi pendidikan sama dengan tujuan pendidikan.

6.          pertanyaan      jelaskan epistemologi sains?
Jawab              : sains sebagai ilmu pengetahuan harus di gali baik melalui suatu pengalaman maupun observasi terhadap suatu fenomena yang terjadi di alam.
Tanggapan      : Objek pengetahuan sains (yaitu objek-objek yang diteliti sains ) ialah semua objek yang empiris. Jujun S. Suriasumantri (filsafat ilmu : Sebuah pengantar populer,  1994 : 105 ) menyatakan bahwa objek kajian sains hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman disini ialah pengalaman indera.

7.          Pertanyaan      : jelaskan ontopologi sains?
Jawab              : objek kajian dari sains sendiri adalalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik itu biotik maupun abiotik ataupu gejala-gejala alam yang terjadi.
Tanggapan      : Setuju, saya menambahkan bahwa ontologi sains membahas tentang hakekat dan struktur sains. Dan hakikat sains menjawab pertanyaan apa sains itu sebenarnya, dan struktur sains menjelaskan tentang cabang-cabang sains.

8.          Pertanyaan      : jelaskan aksiologi sains??
Jawab              : hasil produk sains harus bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia dan relevansi bagi kehidupan.
Tanggapan      : Setuju, karena sains ada harus diciptakan untuk dapat dimanfaatkan secara baik dan bijaksana oleh semua orang.

9.          Pertanyaan      :            bagaimana determinasi itu di lihat dari sudut pandang seorang guru? Perlu atau tidak determinasi itu dilakukan oleh seorang guru?
Jawab              : seorang guru harus hati-hati dalam penggunaan bahasa maupun tingkah laku sehingga siswa tidak merasa haknya untuk bertanya  ataupun berekspresi dibatasi. Seorang guru pun perlu memberikan determinasi agar pemikiran siswa dapat terarah pada hal-hal yang baik, yang sesuai dengan aturan Allah dan memberikan determin positif kepada siswa pun akan menjadikan siswa lebih semangat.
Tanggapan      : Setuju, determin positif perlu dilakukan seorang guru, dengan menterjemahkan dan diterjemahkan antara guru dan murid terjadi keharmonisan sehingga determin yang bersifat negatif dapat dihilangkan.

10.      Pertanyaan      : apa saja kajian dari hermeneutika itu?
Jawab              : segala sesesuatu yang ada dan yang mungking ada dalam ruang dan waktu, karena segala sesuatu akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang lain.
Tanggapan      : Setuju, saya menambahkan bahwa Obyek kajian Hermenetika adalah teks, wahyu Tuhan dan dokumen resmi Negara

11.      Pertanyaan      : apakah seorang guru memerlukan intuisi? Berikan contohnya?
Jawab              : intuisi sebaiknya dimiliki oleh setiap manusia tak terkecuali guru. Dengan adanya intuisi tak hanya sekedar doktrin-doktrin yang muncul namun merupan sebuah pengetahuan yang bermakna. Contohnya seorang anak mengenal 2 tak harus dari ia tahu dari suatu penjumlahan atau perhitungan tapi dari pengalaman yang ia miliki maka ia pun akan tahu 2
Tanggapan      : Setuju, saya menmbahkan sebaiknya kita  melatih dan mengembangkan intuisi dengan bijaksana dan pikiran serta hati yang jernih.

12.      Pertanyaan      Bagaimana seorang guru menempatkan fondalisme dan intuisi?
Jawab              : fondalisme diterapkan setelah seseorang menemukan rumus dari suatu fenomena yang terjadi. Namun bukan berarti seorang guru menetapkan rumus-rumus itu sebagai hal yang mutlak untuk di gunakan oleh murid-mridnya melainkan guru juga memberikan keluasaan kepada siswanya untuk mencari pengetahuan tersebut dan fondalisme yang di miliki oleh guru sebagi pemantik pada siswanya untuk meraih intuisinya.
Tanggapan      : Setuju, karena dengan mencari pengetahuan itu sama dengan melatih intuisi. Fondalisme dan intuisi diperlukan oleh seorang guru dalam mendidik siswanya.