Senin, 21 Januari 2013

Hermeneutika, Phenomenology dan Pengembangan Intuisi pada Pembelajaran IPA


1.    Hermeneutika dalam Pembelajaran IPA
Hermeneutika adalah konsep dasar komunikasi yaitu menterjemahkan dan diterjemahkan. Tidak ada pembelajaran IPA yang tidak menggunakan menterjemahkan dan diterjemahkan. Dalam hal spiritual biasa disebut dengan silaturahim. Sedikit orang yang memiliki visi dan misi karena belum terbuka. Menterjemahkan dan diterjemahkan dikatakan dalam bahasa sehari-hari belajar mengajar yang praktis berupa interaksi yaitu bagaimana mendorong atau mengembangkan interaksi dalam proses belajar mengajar IPA. Karena hakikat ilmu adalah interaksi. Hermeneutika adalah unggah-ungguh filsafat.









Sumber gambar: http://www.friesian.com/hermenut.htm

2.    Phenomenology dalam Pembelajaran IPA
Kata kunci phenomenology adalah “epoche” yaitu ada reduksi yang didalamnya mengandung abstraksi dan idealisasi. Sehebat-hebat percobaan apapun pada IPA sampai percobaan paling canggih seperti meluncurkan pesawat ke luar angkasa pasti dia melakukan reduksi atau abstraksi yaitu memilih fokus kepada yang ingin diteliti. Seperti juga pada penyulingan air, penyulingan air adalah abstraksi dan yang melakukannya adalah alat. Phenomenology adalah abstraksi, memasukkan ke dalam epoche kalau hati yang tenang, ikhlas, tidak mengalami godaan, tidak dalam keadaan kacau, dan tidak takut. Kalau dalam pikiran memasukkan epoche yaitu tidak prejudice atau tidak berpuruk sangka dalam artian Pure a Reason atau pikiran yang murni. Idealisasi mengganggap sempurna sifat yang ada sedangkan abstraksi melihat yang dipentingkan saja. Misalnya pembakaran pada belerang, abstraksi disini adalah melihat perubahan warna, tidak melihat hal lain. Menuju ke spesifik adalah abstraksi. Idealisasi mengganggap sempurna sifat yang ada artinya mau menyimpulkan ke tulisan bahwa sebuah zat jika dibakar sifatnya akan berubah warna, berubah bentuk, dll  ada sesuatu yang akan ditulis itu bersifat ideal, sehingga memperoleh rumusan, rumus tidak harus seperti matematika tapi dapat berupa sifat-sifat.

3.    Pengembangan Intuisi dalam Pembelajaran IPA
Ilmu pasti ada kategori. Intuisi anak kecil, remaja, orang tua, kakek, nenek adalah berbeda. Pengertian yang dihasilkan darikehidupan sehari-hari adalah intuisi. Intuisi tidak hanya berasal dari pengalaman saja tetapi juga dari kebiasaan. Intuisi ada di mana-mana ada intuisi anak kecil, intuisi pemula, intuisi orang tua, dll. Pada anak kecil yang baru belajar mengenai tubuhnya intuisi anak kecil nampak ketika anak tersebut ditanya “mana cantiknya?” maka ia akan tersenyum manis, ditanya “mana matanya?” maka ia akan mengedip-ngedipkan mata, ditanya “mana rambutnya?” maka ia akan memegang rambutnya, dan lain-lain.
Pengembangan intuisi pada pembelajaran IPA sangat diperlukan karena tanpa intuisi akan menghilangkan makna dari pembelajaran IPA tersebut. Intuisi pada anak harus dilatih dan dikembangkan, karena intuisi dapat mengembangkan ilmu, sains dan tekhnologi. Intuisis pada anak secara sadar atau tidak ada pada setiap anak. Tugas guru adalah melatih dan mengembangkannya. Jika tidak maka siswa akan kehilangan intuisinya.

Senin, 14 Januari 2013

Filsafat TrinitroToluena (TNT)

1.        Pendahuluan
Filsafat, terutama Filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada [agama] lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Filsafat telah menghasilkan jutaan ilmu yang banyak kita kenal macam ragamnya seperti ilmu sains, ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu biologi dan masih banyak ilmu atau pengetahuan lainnya. Belajar filsafat adalah belajar tentang pemikiran para filsuf. Seperti filsuf Pythagoras yang menemukan rumus pythagoras, analitik a priorinya Rene Descartes, sintetik a posteriorinya David Hume, sintetik a priorinya Immanuel Kant, dan masih banyak lagi. Belajar filsafat juga belajar tentang pahamisme, seperti Determinisme (memaksakan kehendak atau menentukan nasib orang lain), Henisme (kenikmatan), absolutisme (pasti), Relativisme (tidak pasti), Romantisme (cinta), Liberalisme (bebas), Monoisme (satu/mono). Dualisme (dua), Pluralisme (banyak), kritisme (kritis), Falseisme (salah), Nihilisme (kosong), pragmatisme (praktis), dan masih banyak lagi paham-paham lainnya.
Filsafat merupakan pengetahuan tentang cara berpikir kritis; pengetahuan tentang kritik yang radikal, artinya sampai ke akar-akarnya, sampai pada konsekuensinya yang terakhir. Radiks artinya akar yang juga disebut arche sebagai ciri khas berpikir filosofis. Filsafat adalah pengetahuan tentang berpikir kritis sistematis; pengetahuan tentang pemahaman universal terhadap semua persoalan; dan pengetahuan tentang kebenaran pemikiran yang tanpa batas dan masalah yang tidak pernah tuntas. (Hakim dan Saebani, 2008:16)
Salah satu turunan filsafat adalah filsafat ilmu. Di dalam filsafat ilmu juga terdapat berbagai ilmu atau pengetahuan lain, seperti ilmu kimia. Ilmu kimia adalah kegiatan yang yang mempelajari mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. Menurut kimia modern, sifat fisik materi umumnya ditentukan oleh struktur pada tingkat atom yang pada gilirannya ditentukan oleh gaya antaratom dan ikatan kimia.
Dalam kehidupan kita sehari-hari pasti selalu menemukan bahan kimia, dari air (H2O), garam (NaCl), cuka (CH3COOH), dll, baik yang berbahaya maupun yang bermanfaat bagi tubuh dan lingkungan. Trinitrotoluena (TNT) adalah salah satu bahan kimia yang memiliki kegunaan sebagai bahan peledak yang sering digunakan untuk kebaikan bahkan kejahatan. Trinitrotoluena berwarna kuning pucat, berbentuk kristal jarum dan dapat disuling dalam ruang hampa. TNT merupakan bagian filsafat karena TNT merupakan hasil olah pikir manusia.

2.        Sejarah Trinitrotoluena (TNT)
Trinitrotoluena pertama kali dibuat pada tahun 1863 oleh kimiawan Jerman Joseph Wilbrand, namun potensinya sebagai bahan peledak yang tidak diakui selama beberapa tahun, terutama karena begitu sulit untuk meledakkan dan kurang kuat dibandingkan bahan peledak lainnya. Sebagai contoh, pada tahun 1910, itu dikecualikan dari Inggris Bahan Peledak Act 1.875 yang tidak benar-benar dianggap sebagai peledak untuk keperluan manufaktur dan penyimpanan. Kemampuan TNT dapat dengan aman dicairkan menggunakan uap atau air panas, memungkinkan untuk dituangkan saat cair menjadi  peluru cases.
Angkatan bersenjata Jerman mengadopsinya sebagai artileri shell pada tahun 1902. Selama Perang Dunia Pertama, Angkatan Laut Jerman memiliki keuntungan tertentu mampu meledakkan TNT-filled baju pelindung dari peluru setelah mereka menembus baju besi pasukan kapal Inggris. Sebaliknya, lyddite Inggris penuh peluru cenderung meledak segera setelah mereka menghantam kendaraan lapis baja Jerman, sehingga banyak mengeluarkan energi mereka di luar kapal. Inggris secara bertahap mulai menggunakannya sebagai pengganti lyddite pada tahun 1907.
Karena permintaan tak terpuaskan untuk bahan peledak selama Perang Dunia Kedua, TNT sering dicampur dengan 40 sampai 80 persen amonium nitrat, menghasilkan amatol yang disebut peledak. Meskipun hampir sekuat TNT (dan jauh lebih murah), amatol memiliki kelemahan sedikit yang higroskopis (rentan terhadap menyerap kelembaban dari udara). Variasi lain yang disebut Minol, terdiri dari amatol dicampur dengan sekitar 20 persen aluminium bubuk, digunakan oleh Inggris untuk tambang. Meskipun blok murni TNT tersedia dalam berbagai ukuran (misalnya 250 g, 500 g, dan 1 kg) itu lebih sering ditemui dalam campuran peledak yang terdiri dari persentase variabel TNT ditambah bahan-bahan lain, seperti torpex, tritonal, pentolite, Komposisi dan B.

3.        Ontologi Trinitrotoluena (TNT)
Trinitrotoluena berwarna kuning pucat, berbentuk kristal jarum dan dapat disuling dalam ruang hampa. TNT sulit larut dalam air, lebih mudah larut dalam eter, aseton, benzena, dan piridin. Dengan titik leleh rendah yaitu 80,35° C, TNT dapat meleleh di uap dan dituangkan ke dalam wadah. TNT bersifat beracun dan jika terkena kulit dapat menyebabkan reaksi alergi, menyebabkan kulit berubah warna menjadi kuning-oranye terang.
§  Kelarutan dalam air: 130 mg/L pada 20° C
§  Tekanan uap pada 20° C: 150 sampai 600 Pa
§  Detonasi speed: 6700-7000 m/s 6900 m/s (density: 1,6 g / cm ³)
§  Memimpin tes blok: 300 ml/10 g
§  Sensitivitas terhadap dampak: 15 newton meter (N • m) (1,5 kilopound (kp) • meter (m))
§  Gesekan sensitivitas: untuk 353 N (36 kp) tidak ada reaksi

4.        Epistemologi Trinitrotoluena (TNT)


 
Trinitrotoluena (TNT, atau Trotyl) adalah hidrokarbon beraroma menyengat berwarna kuning pucat yang melebur pada suhu 354 K (178 °F, 81 °C). Trinitrotoluena adalah bahan peledak yang digunakan sendiri atau dicampur, misalnya dalam Torpex, Tritonal, Composition B atau Amatol. TNT dipersiapkan dengan nitrasi toluene C6H5CH3; rumus kimianya C6H2(NO2)3CH3, and IUPAC name 2,4,6-trinitrotoluene.
alam industri, TNT diproduksi dalam tiga langkah proses. Pertama, toluene dinitrasi dengan campuran sulfat dan asam nitrat untuk menghasilkan mono-nitrotoluene atau MNT. MNT tersebut dipisahkan dan kemudian renitrated ke dinitrotoluene atau DNT. Pada langkah terakhir, DNT tersebut dinitrasi ke trinitrotoluena atau TNT menggunakan anhidrat campuran asam nitrat dan oleum. Asam nitrat yang dipakai dalam proses manufaktur, dan asam sulfat encer dapat reconcentrated dan digunakan kembali. Setelah nitrasi, TNT distabilkan dengan proses yang disebut sulphitation, dimana TNT mentah dicapurkan dengan natrium sulfit encer untuk menghapus isomer kurang stabil dari TNT dan produk reaksi lainnya yang tidak diinginkan. Air bilasan dari sulphitation dikenal sebagai air merah dan merupakan polutan yang signifikan dan produk limbah dari pembuatan TNT.
Gambar 1. Sintesis Trinitrotoluena

Pengendalian nitrogen oksida dalam asam nitrat sangat penting karena bebas nitrogen dioksida dapat menyebabkan oksidasi kelompok metil dari toluena. Reaksi ini sangat eksotermik dan disertai dengan risiko berupa ledakan.
Di laboratorium, 2,4,6-trinitrotoluene dihasilkan oleh proses dua langkah. Campuran penitrasi dari nitrat pekat dan asam sulfat digunakan untuk nitrat toluena untuk campuran mono- dan di-nitrotoluene isomer, dengan pendinginan untuk mempertahankan kontrol suhu. Nitrasi toluena kemudian dipisahkan, dicuci dengan natrium bikarbonat encer untuk menghilangkan nitrogen oksida, dan kemudian dengan hati-hati nitrasi dengan campuran asam nitrat berasap dan asam sulfat. Menjelang akhir nitrasi, campuran dipanaskan pada dengan uap. Trinitrotoluene dipisahkan, dicuci dengan larutan encer natrium sulfit dan kemudian direkristalisasi dari alkohol.

5.        Aksiologi Trinitrotoluena (TNT)
o  Manfaat trinitrotoluena
TNT paling umum digunakan untuk bahan peledak dan industri pada penggunaan militer. Hal ini dinilai karena ketidakpekaannya terhadap guncangan dan gesekan, yang mengurangi risiko ledakan disengaja. TNT meleleh pada 80°C (176°F), jauh di bawah suhu di mana ia akan meledak secara spontan, sehingga aman bila dikombinasikan dengan bahan peledak lain. TNT tidak menyerap atau larut dalam air, yang memungkinkan untuk digunakan secara efektif dalam lingkungan basah. Selain itu, cukup stabil bila dibandingkan bahan peledak tinggi lainnya.
o  Bahaya
Beberapa alasan pengujian militer terkontaminasi dengan TNT. Air limbah dari program amunisi (termasuk air permukaan yang terkontaminasi dan air tanah mungkin berwarna merah muda sebagai akibat dari kontaminasi TNT dan RDX. Kontaminasi tersebut, disebut pinkwater, mungkin sulit dan mahal untuk menghilangkannya.
TNT cukup beracun. TNT juga dapat diserap melalui kulit, dan akan menyebabkan iritasi dan merubah warna kulit menjadi kuning cerah. Selama Perang Dunia Pertama, pekerja mesiu yang menangani bahan kimia menemukan bahwa kulit mereka berubah kuning cerah, sehingga mereka mendapat julukan "gadis kenari" atau hanya "kenari" untuk menggambarkan para pekerja. Sebuah penyelidikan Pemerintah Inggris pada tahun 1916 kepada pekerja perempuan di Royal Arsenal, Woolwich, menemukan bahwa 37 persen memiliki sakit parah akibat dari hilangnya nafsu makan, mual, sembelit, dan; 25 persen menderita dermatitis, dan 34 persen mengalami perubahan menstruasi. Sebelum pelindung respirator dan lemak pada kulit diperkenalkan, sekitar 100 pekerja meninggal akibat penyakit tersebut.
Orang yang terpapar trinitrotoluena selama jangka waktu lama cenderung mengalami anemia dan abnormal fungsi hati. Efek darah dan hati, yaitu pembesaran limpa dan efek berbahaya lainnya pada sistem kekebalan tubuh juga telah ditemukan pada hewan yang menelan atau menghirup trinitrotoluene. Ada bukti bahwa TNT merugikan yang mempengaruhi kesuburan pria, dan TNT terdaftar sebagai karsinogen manusia, dengan efek karsinogenik ditunjukkan pada binatang percobaan (tikus), meskipun efek pada manusia sejauh ini tidak ada [menurut IRIS tanggal 15 Maret, 2000]. Racun TNT menghasilkan urin berwarna hitam.
Trinitrotoluena rawan eksudasi dari dinitrotoluenes dan isomer lain dari trinitrotoluena. Bahkan sejumlah kecil kotoran tersebut dapat menimbulkan efek seperti itu. Efeknya menunjukkan terutama di proyektil yang mengandung TNT dan disimpan pada suhu yang lebih tinggi, misalnya selama musim panas. Eksudasi dari kotoran menyebabkan pembentukan pori-pori dan celah-celah (yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan sensitivitas guncangan). Migrasi dari cairan exudated ke fuze ulir sekrup dapat membentuk saluran api, meningkatkan risiko ledakan disengaja, kerusakan fuze dapat diakibatkan oleh cairan bermigrasi ke mekanisme.
 
6.        Karakter Explosive dan Jumlah Energi
Setelah ledakan , TNT terurai sebagai berikut:
2 C7H5N3O6 → 3N2 + 5H2O + 7CO + 7C
2 C7H5N3O6 → 3N2 + 5H2 + 12CO + 2C
Reaksi ini eksotermis tetapi memiliki energi aktivasi tinggi. Karena produksi karbon, ledakan TNT memiliki penampilan jelaga. Karena TNT memiliki kelebihan karbon, campuran dapat meledak dengan senyawa yang kaya oksigen yang dapat menghasilkan lebih banyak energi per kilogram dari TNT saja. Selama abad ke-20, amatol, campuran TNT dengan amonium nitrat adalah peledak militer yang secara luas digunakan. Ledakan TNT dapat dilakukan dengan menggunakan inisiator kecepatan tinggi.
Trinitrotolueana mengandung 2,8 mega joule per kilogram energi ledakan. Panas pembakaran sebenarnya adalah 14,5 megajoule per kilogram, yang mengharuskan beberapa karbon di TNT bereaksi dengan oksigen di atmosfer, yang tidak terjadi dalam kejadian awal. Energi ledakan digunakan oleh NIST adalah 4184 J/g (4,184 MJ/kg). Kepadatan energi TNT digunakan sebagai titik acuan untuk banyak jenis bahan peledak, termasuk senjata nuklir, kandungan energi yang diukur dalam kiloton (~ 4,184 terajoules ) atau megaton (~ 4,184 PETA joule ) dari TNT .
Sebagai perbandingan, mesiu mengandung 3 megajoule per kilogram, dinamit mengandung 7,5 megajoule per kilogram, dan bensin mengandung 47,2 megajoule per kilogram (meskipun bensin membutuhkan oksidan, sehingga suatu bensin dioptimalkan dan campuran O2 mengandung 10,4 megajoule per kilogram).

7.        Campuran bahan peledak yang mengandung TNT
a.    Amatol
Amatol adalah highly explosive  material yang terbuat dari campuran TNT dan ammonium nitrat. Amatol digunakan secara luas selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Amatol akhirnya digantikan dengan alternatif lain seperti Torpex dan Tritonal.
Biasanya, Amatol digunakan sebagai bahan peledak dalam senjata militer seperti pesawat bom, peluru dan ranjau laut. Amatol saat ini dikenal dengan nama amonite, dengan komposisi 20% TNT dan 80% amonium nitrat.
b.    Ammonal
Ammonal adalah bahan peledak (explosive) yang terdiri dari Amonium Nitrat 58,6%, Aluminium 21% 2,4% dan 18% Trinitrotoluena. Fungsi amonium nitrat sebagai senyawa oksidator dan aluminium sebagai peningkat daya.
c.    Ednatol
Ednatol adalah bahan peledak (explosive) yang terdiri dari 58% ethylenedinitramine dan 42% TNT. Dikembangkan di Amerika sekitar tahun 1935 dengan kecepatan detonasi 7.400 meter per detik.
d.   Octol
Octol adalah bahan peledak yang biasa dipakai sebagai hulu ledak dalam peluru kendali.
Dua formulasi umum yang digunakan dalam Octol:
70% HMX & 30% TNT
75% HMX & 25% TNT
e.    Minol
Minol adalah bahan peledak (explosive) yang dikembangkan pada awal Perang Dunia II dan biasa digunakan untuk senjata bawah air (ranjau laut atau torpedo laut).
Empat tipe komposisi Minol:
o  Minol-1: 48% TNT, 42% ammonium nitrat dan 10% bubuk aluminium.
o  Minol-2: 40% TNT, 40% ammonium nitrat dan 20% bubuk aluminium.
o  Minol-3: 42% TNT, 38% ammonium nitrat dan 20% bubuk aluminium.
o  Minol-4: 40% TNT, 40% ammonium nitrat & bubuk potassium nitrat (90/10) dan 20% bubuk aluminiumium.
f.      Torpex
Torpex adalah bahan peledak (explosive) yang digunakan dalam Perang Dunia II. Nama ini merupakan singkatan dari Torpedo dan Explosive. Torpex umum digunakan sebagai senjata bawah air.


8.        Filsafat dan Trinitrotoluena
Filsafat adalah olah pikir, seperti halnya TNT sebagai buah hasil pemikiran manusia. Filsafat mengenal adanya determinisme, kapitalisme, utilitarian, hedonisme, dan sebagainya. Pemakaian TNT tentunya bertujuan untuk militer atau perang. Dalam peperangan tentunya ada subjek yang selalu ingin menang, sehingga ia menggunakan berbagai cara apapun untuk memenangkan peperangan.
Hubungan filsafat dan Trinitrotoluena dapat dilihat dari berbagai ajaran atau paham dalam filsafat antara lain:
a.    Induktivisme
Induktivisme bagian dari empirisme yang sangat menghargai pengamatan empiris, ini sejalan dengan pendapat Socretes (Ismail, 2007:8) tentang ciri-ciri metode dialetika: “… Empirisme dan Induktif, artinya segala sesuatu yang dibicarakan dan cara penyelesaiannya harus bersumber pada hal-hal yang empiris…”. Metode penemuan adalah salah satu contoh induktivisme. Penemuan TNT tentunya melalui metode penemuan oleh ahli dengan kegiatan di laboratoriumnya.
b.    Determinisme
Determinisme menentukan atau menetapkan batas atau membatasi. Determinisme adalah sifat memaksakan kehendak atau menentukan nasib orang lain. Pemikiran determinisme yang melihat bahwa perilaku etis ditentukan oleh lingkungan, adat istiadat, tradisi, norma dan nilai masyarakat, mengakibatkan dua hal, yaitu:
·      Pertama, adanya berbagai faktor yang memengaruhi perilaku etis manusia menyebabkan perilaku etis manusia bersifat relatif. Perilaku baik ataupun jahat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di luarnya.
·      Kedua, perilaku etis tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor yang mengelilinginya tetapi juga oleh kehendak pelakunya.
Hal-hal di atas jelas berkaitan dengan penggunaan TNT untuk peperangan. Sifat memaksakan kehendak adalah ciri-ciri peperangan yang identik dengan tidak adanya kesepakatan, adanya perselisihan, adanya perbedaan sehingga manusia yang satu dengan manusia yang lain memaksakan kehendaknya yang secara otomatis dapat menentukan nasib orang lain pula, seperti penindasan, kelaparan, bahkan kematian.
c.    Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Tidak jarang peperangan itu dilakukan untuk menjajah suatu negara dan untuk mendapatkan wilayah yang kaya hasil bumi. Hal ini tentunya akan sangat menguntungkan bagi pemenang peperangan, karena mereka menerapkan utilitarianisme dala peperangan, sehingga otomatis TNT akan menjadi salah satu cara untuk mendapatkan keuntungan itu.
d.   Hedonisme
Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Seperti halnya yang telah dijelaskan pada utilitarianisme, bahwa peperangan terkadang dilakukan untuk menjajah suatu negara dan untuk mendapatkan wilayah yang kaya hasil bumi, hedonisme juga berperan dalam hal ini. Para penguasa dalam peperangan melakukan berbagai cara agar memperoleh kemenangan karena dari kemenangan itu akan diperoleh kenikmatan, kejayaan, kekuasaan, dan sebagainya.
Masih banyak lagi yang berkaitan dengan filsafat dan Trinitrotoluena. Penemuan TNT tentunya ada manfaat dan juga ada kerugiannya. Maka dari itu perlu juga seseorang yang belajar militer perlu belajar filsafat juga, agar ia akan dapat lebih memahami kehidupan dan memaknai kehidupan.
Trinitrotoluena adalah saksi kebiadaban dunia barat, kerakusan kekuasaan, dan kerakusan kekayaan. Belajar tentang TNT adalah belajar sejarah dunia, sejarah peperangan dunia, sedangkan belajar filsafat adalah belajar memahami semua yang ada dan yang mungkin ada tak terkecuali belajar tentang TNT.
  
9.        Kesimpulan
Filsafat Trinitrotoluena merupakan penjelasan tentang Trinitrotoluena sebagai bagian dari ilmu kimia yang dibahas baik secara ontologi, epistemologi maupun aksiologi berdasarkan sudut pandang filsafat. Trinitrotoluena adalah bahan kimia peledak yang ditemukan oleh Joseph Wilbrand.
Ontologinya adalah hakikat trinitrotoluena yaitu trinitrotoluena berbentuk kuning pucat, berbentuk kristal jarum dan dapat disuling dalam ruang hampa. Epistemologinya adalah sumber pengetahuan trinitrotoluena yaitu dalam industri, TNT diproduksi dalam proses tiga langkah sedangkan di laboratorium, trinitrotoluene dihasilkan oleh proses dua langkah. Aksiologinya adalah manfaat dan bahaya TNT yaitu manfaatnya adalah digunakan untuk bahan peledak dan industri aplikasi militer, sedangkan bahayanya adalah TNT cukup beracun.

10.    Daftar Pustaka
Hakim, A.A. dan Saebani B.A. 2008. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia












Ismail. 2007. Epitemologi Pendidikan Islam (Melacak Relasi Ilmu dan Pendidikan). Palembang: Pusat Penelitian IAIN Raden Fatah Press.