Minggu, 14 Oktober 2012

Para Dewa



Anggota DPR para dewanya rakyat.
Anggota kabinet para dewanya rakyat.
Bapak, ibu, suami, istri para dewanya anak-anaknya.
Guru para dewanya murid-muridnya.
Ayam para dewanya semut.
Kamu para dewanya pakaianmu.
..... dan seterusnya.
Dewa dimensinya lebih tinggi. Sulit untuk memahami para dewa dan mengerti komunikasi mereka.
Guru para dewanya murid-muridnya, oleh karena itu murid-murid akan mengalami kesulitan dan murid-murid tidak tahu akan kesalahan gurunya.
Kita juga tidak mampu memahami komunikasi-komunikasi para koruptor. Koruptor itu juga dewa sehingga sangat sulit untuk menangkap koruptor. Jadi yang mampu menangkap koruptor adalah para koruptor.
Dewa adalah yang ada dan yang mungkin ada. Dewa itu adalah subjek dari semua objek-objeknya. Bahasa para dewa berbeda dengan bahasa orang biasa. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu mengetahui pikiran para dewa. Maka dari itu filsafat dipelajari untuk mampu mengetahui pikiran para dewa. Dengan membaca, memahami dan merefleksikan itu adalah belajar filsafat. Dengan bertanya membuat kita ada dan menjadi logos untuk dapat mengerti komunikasi para dewa.

Pertanyaan:
Apakah bahasa para dewa bisa disebut juga pikiran para dewa?

Minggu, 07 Oktober 2012

DETERMINASI



Determinasi adalah menutupi sifat-sifat orang lain atau dengan kata lain penyederhanaan sifat-sifat orang lain. Seseorang yang mendeterminasi orang lain, seperti orang lain itu berada pada bayang-bayang orang yang melakukan determinasi, bahkan jika orang itu selalu berada, selalu mengikuti bayang-bayang sang pendeterminasi, sang pendeterminasi itu belum tentu mampu untuk selalu diikuti bayang-bayangnya.
Maka dari itu bangunlah filsafatmu, temukan dirimu dan temukan jati dirimu, karena aku bukanlah engkau, dan engkaupun bukan aku. Bangunlah filsafatmu dengan prinsip umum dan prinsip khusus secara konstektual dan berkesinambungan sehingga engkau tidak lagi ada pada bayang-bayang sang pendeterminasi dan engkau jauh dari sifat determinasi yang buruk.
Bahaya determinasi adalah kecil merugikan, besar membunuh. Bahaya yang lebih besar adalah engkau tidak menyadarinya. Seperti guru suka menutupi sifat muridnya. Menutupi sifat org lain adalah kejam menurut filsafat. Determinasi anti tesis determinen kepadaku, sehingga timbul pertengkaran secara metafisik yag benar tidak tampak.
Mengurangi dampak determinasi adalah dengan cara komunikasi. Determinasi menjatuhkan sifat ke sifat lain atau objek lain, sehingga dengan komunikasi dapat menggapai harmoni ruang dan waktu dalam pondasi atau komando doa. Determinasi absolut adalah Tuhan.
Sebagian orang sangat suka menjatuhkan sifat terhadap orang lain, apalagi sifat kepada atau terhadap kekuasaanya, seperti suami menjatuhkan sifat istrinya, si kaya menjatuhkan sifat si miskin, gubernur menjatuhkan sifat bupati, bupati menjatuhkan sifat kepala desa, pejabat menjatuhkan sifat rakyat, dan guru menjatuhkan sifat murid-muridnya. Guru mengatakan bahwa murid itu kurang cerdas, murid itu pemalas, maka guru tersebut sedang melakukan determinasi. Apalagi sampai guru itu memukul itu adalah revolusi. Itu adalah suatu kekejaman yang amat keras.
Hidup ini tidak lain adalah komunikasi. Dengan berfilsafat dapat meluruhkan kesombongan. Komunikasi yang dimaksud adalah menterjemahkan dan diterjemahkan. Guru menterjemahkan murid, kemudian guru diterjemahkan murid. Guru diam itu juga sebuah determinasi, apalagi guru yang sampai memukul itu sebuah revolusi yang amat keras. Murid-murid hanya baru memikirkan suatu kejadian dari menterjemahkan guru dengan merefleksikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Karena guru dimensinya lebih tinggi dari murid-muridnya.
Determinasi tidak selalu determinasi buruk, ada determinasi yang positif seperti Dosen mengatakan bahwa mahasiswa itu cerdas.  Namun determinasi positif ini dalam waktu lama itu belum tentu baik.
Ingat! Manusia tidak bisa mencapai harmoni tetapi hanya bisa berusaha. Karena harmoni absolut hanya milik Tuhan.

Pertanyaan :
Apakah untuk mengurangi determinasi hanya dengan komunikasi saja, atau ada yang lain? Karena apa yang kita bicarakan, apa yang kita sampaikan belum tentu yang dimaksudkan atau persepsinya sama dengan maksud atau persepsi pendengar.

Senin, 01 Oktober 2012

PERKEMBANGAN ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT




A.  Periode Klasik
a.    Zaman Pra-Socrates
1.    Heraclitus
Herakleitos yang menyatakan bahwa api sebagai dasar segala sesuatu. Api adalah lambang perubahan, karena api menyebabkan kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu sementara apinya sendiri tetap menjadi api. Herakleitos juga berpandangan bahwa di dalam dunia alamiah tidak sesuatupun yang tetap. Segala sesuatu yang ada sedang menjadi. Pernyataannya yang masyhur "Pantarhei kai uden menei" yang artinya semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tetap.
2.    Permenides
Parmenides berpendapat bahwa yang ada itu ada, yang tidak ada itu tidak ada. Konsekuensi dari pernyataan ini adalah yang ada 1) satu dan tidak terbagi, 2) kekal, tidak mungkin ada perubahan, 3) sempurna, tidak bisa ditambah atau diambil darinya, 4) mengisi segala tempat, akibatnya tidak mungkin ada perubahan sebagaimana klaim Herakleitos.
b.    Zaman Socrates, Plato, dan Aristoteles
1.    Socrates
Pendiriann Socrates yang terkenal adalah pandangannya yang menyatakan bahwa keutamaan (arete) adalah pengetahuan, pandangan ini kadang-kadang disebut Intelektualisme etis. Dengan demikian Socrates menciptakan suatu etika yang berlaku bagi semua manusia. Sedangkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan Socrates menemukan metode induksi dan memperkenalkan definisi-definisi umum. 
2.    Plato
Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang idea, jiwa dan metode pengetahuan. Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu inderawi yang selalu berubah dan dunia idea yang tidak pernah berubah. Idea merupakan sesuatu yang obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya pikiran tergantung pada idea-idea tersebut. Idea-idea berhubungan dengan dunia melalui tiga cara; Idea hadir di dalam benda, idea-idea berpartisipasi dalam kongkret, dan idea merupakan model atau contoh (paradigma) bagi benda konkret. Tentang jiwa Plato berpendapat bahwa jiwa itu baka, lantaran terdapat kesamaan antara jiwa dan idea.
Filsafat Plato, yang lebih bersifat khayal daripada suatu sistem pengetahuan, sangat dalam dan sangat luas dan meliputi logika, epistemolgi, antropologi, teologi, etika, politik, ontologi, filsafat alam dan estetika.
Plato adalah tokoh aliran idealisme. Aliran idealisme merupakan salah satu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Aliran idealisme beranggapan bahwa keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni (tetap, tidak berubah dan bergeser). Sedangkan idea sendiri adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material.
3.    Aristoteles
Aristoteles berpendapat bahwa logika tidak termasuk ilmu pengetahuan tersendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan berfikir secara ilmiah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, logika diuraikan secara sistematis. Mengenai pengetahuan, Aristoteles membagi pengetahuan menjadi dua macam, yaitu pengetahuan indera dan pengetahuan budi. Kedua-duanya adalah pengetahuan sesungguhnya, mungkin benar, dan mungkin sesuai dengan obyeknya.
Dalam menanggapi antara pemikiran Heroclitos dan Permenides, ia tidak mengingkari dunia pengalaman sedangkan idea juga dihargainya, sehingga menjadikan ia berpangkal pada realitas yang bermacam-macam. Dari sinilah aliran yang dipelopori Aristoteles disebut realisme.
Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki sifat universal dan khusus. Aristoteles mengira bahwa bentuk-bentuk hal, sifat universal dari benda-benda, tetap konstan dan tidak pernah berubah, tetapi bahwa komponen tertentu melakukan perubahan.

B.  Zaman Modern
1.    Rene Descartes
Karya filsafat dari Rene Descartes adalah pengetahuan yang pasti, ontologi tuhan dan benda, dan metafisika. Pada karya yang pertama Descartes mengkategorikan yang dapat diragukan menjadi tiga bagian, yaitu pengetahuan yang berasal dari pengalaman inderawi dapat diragukan, fakta umum tentang dunia, dan logika dan matematika. Dari keraguan tersebut mengantarkan Descartes pada premisnya Cogito Ergo Sum (aku berpikir maka aku ada). Untuk karya kedua berawal dari pembuktiannya bahwa pikiran itu eksis, filsafatnya membuktikan bahwa tuhan ada dan kemudian membuktikan bahwa benda material ada. Dan untuk karya ketiga menurut Descrates, realitas terdiri dari tiga hal, yaitu benda material yang terbatas (objek-objek fisik seperti meja, kursi, tubuh manusia,dsb), benda mental-non material yang terbatas (pikiran dan jiwa manusia), serta benda mental yang tak terbatas (Tuhan).
Secara umum, Rasionalisme merupakan pendekatan filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas dan bebas dari pengamatan indrawi. Hanya pengetahuan yang di peroleh melalui akal yang memenuhi syarat yang di tuntut oleh sifat umum, juga oleh semua pengetahuan ilmiah.
Apriori menyatakan bahwa sumber pengetahuan itu berasal dari sebelum pengalaman, sehingga lebih ke pemikiran secara logika

2.    David Hume
Hume memperkenalkan metode eksperimental sebagai dasar menuju subjek-subjek moral dengan mengupas panjang lebar mengenai emosi manusia dan prinsip-prinsip moral.
Aliran Empirisme menyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. Aliran ini secara tegas menolak pandangan paham Rasionalisme yang berdasarkan pada kepastian yang bersifat apriori. aposteriori adalah pengetahuan yang didapat setelah pengalaman.
3.    Immanuel Kant
Menurut Kant, pengetahuan merupakan hasil terakhir yang diperoleh dengan adanya kerjasama antara dua komponen, yaitu bahan-bahan yang bersifat pengalaman indrawi disatu pihak dengan pengolahan kesan-kesan yang bersangkutan sehingga terdapat suatu hubungan sebab akibat dalam kerangka pikir (rasio) dipihak lain. Kant mengemukakan bahwa pengetahuan harusnya sintesis a priori, yakni pengetahuan harus bersumber dari rasio dan empiris dan sekaligus bersifat apriori dan aposteriori.

C.  Zaman Post-Modern
Auguste Comte
Auguste Comte seorang filsuf perancis yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan sains dan teknologi. Comte menyempurnakan realisme dan empirisme dengan mengatakan bahwa pada tahap positif, ilmulah yang menentukan segala kebenaran dengan metode eksperimen dan observasi. Jadi positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.

D.  Zaman Post-Post-Modern
1.    Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran yang inti filsafatnya adalah pragmatik dan menentukan nilai pengetahuan berdasarkan kegunaan praktisnya, yaitu sejauh mana dapat memenuhi kepentingan-kepentingan subjektif individu. Tokoh aliran ini adalah William James. Ia mengatakan bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri lepas dari aal yang mengenal.
2.    Kapitalisme
Kapitalisme diibaratkan monster raksasa yang sedang menggenggam dan menggerogot eksistensi manusia, dan kapitalisme menciptakan keterasingan. Tokoh aliran ini adalah Karl Marx. Tetapi Marx sendiri yang dengan pemikiran tajamnya ingin mengingatkan bahaya kapitalisme dan menciptakan komunisme.


3.    Hedonisme
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.
4.    Humanisme
Humanisme sebagai suatu gerakan filsafat dan gerakan kebudayaan berkembang sebagai suatu reaksi terhadap dehumanis yang telah terjadi berabad-abad. Dalam kontek reaksi ini, pelopor humanisme menjelaskan bahwa manusia dengan segenap kebebasan memiliki potensi yang sangat besar dalam menjalankan kehidupan ini secara mandiri untuk mencapai keberhasilan hidup didunia. Tokoh humanis yang muncul adalah J.J Rousseu. Tokoh ini mengutamakan pandangan tentang perkembangan alamiah manusia sebagai metode untuk mencoba keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan. Pada abad 20 terjadi perkembangan humanistic yang disebut humanisme kontemporer. Humanisme kontemporer merupakan reaksi protes atau gerakan protes terhadap dominasi kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era modern.

REFERNSI
Rijal, Syamsul, dkk.2010. Filsafat Umum. Banda Aceh: Ushuluddin Publishing

Pertanyaan :
Dari filsafat muncullah ilmu-ilmu yang lain seperti kimia, biologi, fisika, dll. Apakah penemuan-penemuan pengetahuan dan tehnologi seperti ditemukannya lampu, telefon dll juga didasarkan pada filsafat?